Sanksi dalam financial fair play ini dimulai dari peringatan tertulis, denda, pengurangan poin, tidak mendapat bonus kompetisi UEFA, tidak boleh mendaftarkan pemain baru di kompetisi UEFA, pembatasan pendaftaran pemain di kompetisi UEFA, diskualifikasi dari kompetisi yang sedang berlangsung, hingga skorsing tidak boleh ikut kompetisi UEFA dalam beberapa tahun.
Meski memiliki dampak nyata, tidak sedikit klub-klub besar Eropa yang mencoba ‘membandel’ terhadap aturan FFP ini.
Manchester City, Paris Saint-Germain, dan AC Milan merupakan raksasa Eropa yang pernah berurusan dengan masalah FFP ini.
Sejak diambilalih Abu Dhabi United Group Investment and Development Limited pada September 2008, Man City terus berupaya membangun kekuatan baru di Eropa.
Transfer besar dan menarik dilakukan The Citizens setiap musim, namun gelar Eropa baik Liga Champions maupun Liga Europa tidak kunjung ‘mampir’ ke Etihad.
Lebih dari satu dekade usai pengambilalihan itu Man City justru tersandung masalah FFP. Manchester Biru dianggap memanipulasi data-data FFP antara 2012-2016.
Imbasnya, UEFA menjatuhkan sanksi berat kepada Man City dengan larangan bermain di Liga Champions dan Europa pada musim 2021/2022 dan 2022/2023.
Nasib serupa dialami PSG. Qatar Sports Investment menguasai Les Parisiens pada Maret 2012. Tujuannya sama dengan Man City, menjadi penguasa Eropa.