Sebuah upaya maksimal ini jika nantinya terbentuk maka perjuangan Konsorsium Kelapa Indonesia untuk segera bisa melakukan peremajaan di kabupaten/kota sentra kelapa diharapkan lebih meningkat lagi. Dan peran pemerintah pusat dalam hal ini sangat dibutuhkan.
Sebagaimana kabupaten lain di Provinsi Kepulauan Riau. Lingga juga terdiri dari kepulauan. Mayoritas penduduknya hidup sebagai nelayan dan petani kelapa serta karet. Ekonomi masyarakat sangat tergantung dari tiga komoditas ini. Dari kelapa sudah banyak anak –anak Kabupaten Lingga lulus kuliah dan berkiprah di berbagai bidang.
Kendala lain ketika akan mengembangkan dan memperluas kelapa adalah masalah status lahan. Banyak kebun kelapa di Lingga masuk dalam kawasan hutan.
“Kalau sudah seperti ini maka program pemerintah tidak bisa masuk. Kita harus duduk bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan supaya upaya kami untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa tidak terhambat dengan status ini. Perlu dicari jalan keluarnya,” katanya.
Indonesia saat ini sudah berada dalam situasi krisis kelapa. Status sebagai pemilik kebun terluas dan produsen terbesar di dunia sudah digeser oleh Filipina, karena itu Kopek selalu berjuang untuk mengembalikan kejayaan kelapa nusantara.
Dengan menjadi konsorsium maka perjuangan untuk kembali menjadi pemilik kebun dan penghasil kelapa nomor satu di dunia bisa direbut kembali. Kopek sendiri terus mendukung dan menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat terkait kelapa. Bantuan pemerintah pusat sangat diperlukan. Kopek menjadi jembatan komunikasi antara pusat dan daerah.