Sekolah Perbatasan Lingga Butuh Fasilitas dan Sarana Pendukung

 

Singkeponline.com, Lingga -Kabupaten Lingga yang merupakan bagian dari Provinsi Kepri memiliki 604 pulau besar dan kecil. Dengan letak geografis sebelah utara dan timur, terdapat dua wilayah Desa dan Kelurahan berhadapan dengan bentangan Laut Cina Selatan, yakni Desa Pekajang, Kecamatan Lingga dan Kelurahan Berhala, Kecamatan Singkep Selatan yang terletak jauh diujung ibukota Kabupaten Lingga. Kondisi wilayah ini kekurangan akses dan sarana pendukung yang menjadi salah satu problem dunia pendidikan.

Seyogyanya faktor pendidikan menjadi salah satu hal yang penting dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Sayangnya, hingga saat ini pendidikan menjadi sesuatu yang mahal bagi masyarakat pesisir. Sarana dan prasarana yang minim menjadi faktor penghambat berkembangnya pendidikan di Desa Pekajang dan Kelurahan Berhala.

Untuk kedua daerah tersebut sampai saat ini hanya memiliki sekolah dasar. Hingga masyarakat yang berlatar belakang pendidikan formal menjadi terbatas dan minim. Ditingkat pendidikan dasar inipun masih butuh perhatian untuk kelengkapan fasilitas gedung belajar dan mengajar seperti di SD Negeri 005 Kelurahan Berhala.

Selain fasilitas pendidikan yang sangatlah minim, persoalan  transportasi yang sangat mahal menuju daerah tersebut menjadi persoalan lain lagi. Hal ini tidak sebanding dengan gaji guru honorer yang hanya menerima 600 ribu perbulannya.

Kebanyakan para tenaga pengajar atau guru bukanlah tenaga tempatan, mereka di datangkan ataupun di tugaskan dari Kabupaten Lingga. Jauhnya jarak tempuh serta  mahalnya transportasi menjadi persoalan yang utama bagi tenaga pengajar.

“Mau menangis tidak ada air mata, menjerit tidak ada suara, namun tetap di jalani demi pendidikan anak bangsa” kata Juniardi kepala sekolah SD Negeri 05 Berhala, Selasa (28/09/2021) saat di hubungi media ini.

Diceritakan, untuk menuju ke daerah tersebut saat ini transportasi reguler tidak ada, para guru harus mencarter speedboat dari Pelabuhan Dabo, Kecamatan Singkep  dengan biaya sekali jalan 1 juta.

“Itupun pada musim angin tenang, jika masuki musim utara dan selatan tidak ada yang mau mengantar, kalau adapun biayanya menjadi 2 juta rupiah,” ucapnya.

Fasilitas pendukung sekolah sangat minim, sejak dibangun pada tahun 2002 lalu sampai saat ini keadaan gedung sekolah sudah memperihatinkan . Pernah dan sudah di usul kan agar pemerintah kembali melengkapi fasilitas sekolah mengingat keadaan fisik bangunan yang ada sudah tidak memungkinkan lagi untuk rehabilitasi.

” Pondasinya sudah retak dan pecah, atap sudah banyak bocor. Kalau hujan siswa harus menghindar kebocoran dan berhimpitan belajar. selain itu sekolah juga tidak memiliki majelis guru dan WC, baik untuk guru maupun anak murid,” curhatnya lagi.

Bangunan yang ada saat ini sampai Kelas 6, dengan jumlah tenaga pendidik guru pegawai 4 orang, guru Honor 2 orang, GTT Kabupaten 1 0rang serta Penjaga Sekolah 1 Orang. Sementara jumlah murid 20 orang Kelas 1 hingga kelas 6.

Sedangkan untuk kondisi dan fasilitas pendidikan di Desa Pekajang juga hampir sama. Jumlah guru di Sekolah dasar 008 seluruhnya sebanyak 8 orang, 6 guru PNS dan dua guru honorer, jumlah murid sebanyak 56 orang. Saat ini SD. 008 belum memiliki perpustakaan dan majelis guru. Sementara fasilitas lainya hanya untuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang sudah dibangun pada tahun 2019 lalu.

Selain hal yang sudah di jelaskanya tadi, kendala lain yang juga dihadapi selama ini diwilayah perbatasan menurut Jailani guru di Sekolah tersebut adalah susahnya mengakses jaringan internet untuk komunikasi. Walaupun saat ini sudah ada tower mini, tapi untuk pengiriman file bisa memakan satu hari.

Selain itu, transportasi juga menjadi kendala karena wilayah tersebut termasuk wilayah terluar yang berbatasan langsung dengan provinsi Bangka Belitung.

“Sekarang ini kami terbantu dengan adanya tol laut yang masuk 12 hari sekali, namun kadang kapal tol laut tidak masuk karena sedang dok atau terkait kontrak akhir tahun,” katanya.

Data yang dimiliki media ini, SDN. 008 ini didirikan sejak adanya perusahaan timah yang beroperasi Kecamatan Singkep dahulu kala, sebuah kapal keruk Timah Riau Tin Mining (Ritin), beroperasi di laut Desa Pekajang  sekitar tahun 1980 .

“Saat ini kami sangat berharap ada peningkatan fasilitas pendidikan terutama terkait jaringan internet, karena sangat sulit jika kami tidak memiliki jaringan internet yang baik,” kata Jailani yang dihubungi melalui telepon selulernya. Rabu (29/09/2021).

Dalam proses belajar mengajar, SD 008 mengikut arahan dari dinas dan Satgas Covid-19. Jika dinas mengarahkan untuk belajar secara Daring maka para pengajar akan mengikuti arah tersebut. Namun saat ini peroses belajar masih mengajar tatap muka.

“Murid- murid SD 008 di Desa Pekajang ini semangat mereka dalam belajar di sekolah sangat tinggi, ditambah lagi adanya dukungan penuh dari masyarakatnya,” ucapnya.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah hingga saat ini belum menjadi solusi bagi tenaga pengajar maupun anak-anak didik di daerah pesisir untuk mendapatkan pendidikan yang maksimal. Letak daerah yang jauh dari pusat pemerintahan maupun faktor pendukung lainya yang minim menjadi penyebab. Kurangnya fasilitas penunjang juga menjadi faktor penting menyebabkan hingga saat ini pendidikan di daerah pesisir mendapat julukan terbelakang dan tertinggal.

Upaya Pemerintah Daerah

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Lingga, Junaidi Adjam, mengatakan, sesuai tugas dan fungsi yang dimiliki, pihaknya telah berupaya meminimalisir hambatan proses belajar mengajar di sekolah sekolah di pesisir Lingga.

Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan mengusulkan insentif guru terpencil kepada Kementerian Pendidikan. Upaya ini membuahkan hasil pada Tahun 2021, Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga selama ini berupaya keras untuk memperjuangkan tunjangan guru yang berada di daerah khusus.

“Dengan berbagai upaya yang kami lakukan maka Kemendikbud Ristek merealisasikan pembayaran Tunjangan Khusus Guru (TKG) di Lingga,” kata Junaidi.

Junaidi mengatakan pada 2019 lalu hanya 15 orang guru PNS dari 2 sekolah yang berada di Desa Pekajang, Kecamatan Lingga,yang mendapatkan tunjangan khusus.

Untuk itu, pada 2020 Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga kembali mengusulkan TKG ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Yang akhirnya disetujui hanya 11 desa, 29 sekolah dan sebanyak 136 guru PNS dan Honorer mendapatkan TKG dengan pembayaran Cary Over (CO) di 2021 berdasarkan Permendikbud nomor 19/2019.

Pada 2021 ini, dengan Kepmendikbud No.160.P/2021 tentang daerah khusus berdasarkan kondisi geografis atau Indeks Akses Satuan Pendidikan (IASP), dari 75 Desa di Lingga hanya 12 Desa yang disetujui dan masuk 31 sekolah.

“Sehingga sebanyak 152 guru PNS dan 42 guru Honorer mendapatkan TKG untuk Triwulan I dan Triwulan II di tahun 2021 ini,” jelas Junaidi.

Selain memperjuangkan tunjangan khusus ini, sesuai ketersediaan anggaran Disdikpota Lingga juga terus membuat program untuk melengkapi fasilitas dan sarana penunjang di sekolah sekolah pesisir.

“Semoga dengan berbagai upaya yang kita lakukan dapat memotivasi guru dan para anak didik untuk lebih semangat dalam menumpuh pendidikan. Kedepannya kita berharap pendidikan di pesisir lebih baik, ‘ urai Junaidi

Menurutnya, Mutu pendidikan menjadi modal utama bagi majunya suatu daerah,  minimnya fasilitas pendukung pendidikan di daerah perbatasan di khawatirkan akan terjadi hal-hal yang merugikan seperti pemasalahan humantrafiking. (Red)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *